Minggu, Desember 30, 2007

Ingin SepertiMU

Oleh: Syarif Istifham

Kini hidupku tak se-indah dulu
Kini waktuku tak se-berharga dulu
Kini umurku tak se-muda dulu
Kini diriku tak se-semangat dulu

Kini ku menyesal...
Menyesal pun tak ada artinya
Kini ku menangis...
Menangis pun tak membuat semuanya kembali
Kini ku hanya tinggal pasrah
Kini ku hanya bisa berharap Berharap pada takdir

Kini….
Bukan kemarin juga bukan besok
Kini adalah kini yang aku berada di sini
Di sini hanya ada aku seorang
Di sini di mana aku berbisik dengan anganku

Yaa Robb…!
Bolehkah aku bertanya?
Mengapa aku di sini? Pun juga kini?
Bisakah aku lepas dari semua itu?
Karena aku bosan dengan itu semua

Aku ingin seperti diri-MU
Yang bebas dari itu semua
Bebas dari “kini” dan “di sini"
Walau ku tahu takkan pernah ada yang seperti-MU
Karena Engkau tak ada duanya

Ya Tuhan...!
Mukallafkah aku menginginkan seperti-MU?
Dosakah orang yang mempunyai keinginan sepertiku?
Jika iya maafkanlah karena Engkau Maha Pemaaf
Jika memang demikian ampunilah karena Engkau Maha Pengampun

Kairo, minggu 30 desember 2007

Label:


Baca Selengkapnya...!

Sabtu, Desember 29, 2007

Terhalang Sejatinya Pemberian

Oleh: Syarif Istifham

Suatu ketika ada seorang petani yang memiliki lahan pertanian tidak begitu luas. Katakanlah tidak lebih dari satu hektar. Namun si petani ini rajin dan giat dalam bekerja. Setiap harinya hanya disibukkan oleh mengurusi sawah, sawah, dan sawah. Tidak ada pekerjaan lain selain ke sawah. Pada suatu hari ia dan istrinya ngobrol santai di balai rumahnya yang sederhana. Yaitu ketika tidak ada pekerjaan di sawah. Artinya, pekerjaan di sawah sudah selesai semuanya, tinggal menunggu masa menuai padi.

Dalam obrolan tersebut si istri bertanya kepada dia “pak! Bapak kan sekarang sudah tua, apa bapak ngga kepingin naik haji, menjalankan rukun islam yang ke lima? Waaach... kepingin sich kepingin de’, tapi kan haji perlu biaya sedangkan kita hanya punya 1 hektar sawah, itu saja hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan kita se-hari-hari. Apa bapak tega seandainya bapak meninggalkan kalian dalam keadaan susah? Pastinya ade’ juga tidak mau kan hal itu terjadi kan?

Kemudian si istri melanjutkan usulannya dengan disertai argumen-argumen. Kalau begitu bapak kan bisa nyari pekerjaan tambahan untuk ditabung, bukannya bapak pernah kalau kita menginginkan sesuatu, hendaknya kita berusaha terlebih dahulu baru tawakkal kepada Allah? “faidza ‘azmta fatawakkal ‘alallah”. Akhirnya setelah lama petani itu hidup dalam kesederhanaan yang tanpa berusaha untuk membuat hidup yang paling baik. Artinya, Nerimo ing pandum. Akan tetapi tidak pernah terpikirkan olehnya, bahwa sebenarnya dia mampu untuk merubah hidupnya ke arah yang lebih baik.

Hari berikutnya ia mencoba keluar rumah untuk mencari kerjaan tambahan. Kalau biasanya ia keluar rumah menuju ke sawah, namun hari ini ia keluar rumah menuju ke pasar. Kebetulan ia ada kenalan di sana, pak Amin namanya. Nah, pak Amin inilah yang mencarikan pekerjaan untuknya. Pak Amin ini adalah penjual beras di pasar. Setiap harinya yang ada di tanganya adalah kalkulator, karena beliau adalah juragan beras di pasar dorowati. Beliau memiliki banyak pekerja untuk mengelola usahanya, termasuk selip padi di samping rumahnya.

Singkat cerita akhirnya petani tersebut mendapatkan pekerjaan di tempatnya pak Amin. Di sana ia bekerja sebagai wakil pak Amin pada saat pak Amin sedang tidak ada di rumah, karena pak Amin ini sering keluar kota. Di samping sebagai wakil juragan, ia juga ikut mencarikan siapa saja yang hendak menjual beras dan membeli beras. Karena di situ memang sistemnya antar jemput. Artinya kalau ada orang yang hendak menjual beras, ia yang datang ke rumahnya. Selalu begitu setiap hari pekerjaannya sampai-sampai pekerjaan di sawah terlupakan.

Namun, di belakang sang suami si istri diam-diam membantu pekerjaannya di sawah। Inilah contoh istri yang baik, selalu mebantu suami demi terciptanya kebahagiaan dan keberhasilan rumah tangga. Dua tahun sudah sang petani menjalani profesi seperti itu, dan ia terkenal etos kerjanya paling tinggi diantara petani-petani yang lain. Karena kegigihanya lah pak Amin akhirnya memberikan tanda terima kasih kepadanya berupa tiket naik haji. Namun, pada saat ia hendak berangkat haji begitu sampai di bandara ia ketinggalan pesawat. Ia sangat marah, karena semuanya sudah ia persiapkan. Bahkan tahlilan keberangkatan juga sudah diadakanya. Ia benar-benar putus asa, karena usahanya selama ini hanya sampai di bandara sukarno-hatta. Ia kemudian langsung pulang, karena ia tidak betah lama-lama di bandara. Tiba-tiba pada saat dalam perjalanan pulang dari bandara, terdengar berita bahwa pesawat yang baru saja take off mengalami kecelakaan.

Alhamdulillah... ya rabb! Engkau telah menjagaku dari kecelakaan itu. Petani itu menghela nafas panjang-panjang tanda lega seraya mengulangi kata-kata itu berkali-kali. Si istri yang juga ikut mengantarnya ke bandara tersenyum simpul melihat kejadian ini. Seraya beruacap “Terhalang sejatinya pemberian”. Ehm.... benar kamu de’. Kata petani itu sambil mengecup kening istrinya.والله أعلم بالصواب

Label:


Baca Selengkapnya...!

Rabu, Desember 26, 2007

Warna Warni Cinta

Oleh: Syarif Istifham

Cinta adalah mutiara yang tak terbeli
Cinta adalah kesejukan di kala gersang menerpa
Cinta adalah bintang yang cahayanya paling terang
Cinta adalah putih di antara hitamnya dunia

Cinta adalah kebahagiaan yang menawarkan derita
Cinta adalah realita yang tak bisa dipungkiri
Cinta adalah pokok kehidupan
Cinta adalah misteri ilahi

Cinta adalah embun di pagi hari
Cinta adalah matahari yang memberi kehangatan
Cinta adalah anugerah terindah
Cinta adalah oase di tengah-tengah padang sahara
Cinta adalah rumah tempat berteduh

Cinta adalah virus yang siap menggerogoti para pecinta
Cinta adalah mother fucker
Cinta adalah jancuk…
Cinta adalah anjing…
Cinta adalah…
Cinta adalah…
Cinta adalah…

Hahaha………
I haven’t more word else…
One more!! Don’t be angry!

Label:


Baca Selengkapnya...!

Senin, Desember 24, 2007

Nyanyian Santri

Oleh: Orang Terdahulu

Hai poro santri...
Sauwise ono adzan
ojo podho katungkul omong-omongan

Enggal-enggal podho wudlu nuli dandan
Mlebu mesjid lakonono kesunatan

Sholat sunat ojo ngasi ketinggalan
Nunggu imam sinambi puji-pujian

Imame teko diqomati terus sembahyang
Ojo bubar sauwise didongani

Iku kabeh lakonono kanti ikhlas
Insyaallah gusti Allah nyembadani

Allahumma sholli 'ala muhammad
ya robbi sholli 'alaihi wasallim

Kairo, 24 desember 2007

Label:


Baca Selengkapnya...!

Ternyata


Ternyata aku bodoh
Oleh: Syarif Istifham
Aku tahu kalo dia jahat padaku
Aku tahu kalo dia tidak suka padaku
Aku tahu kalo dia yang menghancurkan diriku
Aku tahu kalo dia tak pernah percaya padaku
Aku tahu kalo dia selalu menipu dan membohongiku dan,
Aku pun tahu kalo dia takkan pernah membuatku bahagia

Tapi kenapa Aku terus saja mau menjadi budaknya
mengikuti langkah-langkahnya, mematuhi kata-katanya
padahal ada yang selalu menyayangi, melindungi, dan menjagaku
sementara aku tak pernah mempedulikan dan mendengarkan nasihatNYA
Dia lah yang selalu memberiku makan saat aku lapar
Dia lah yang selalu memberiku minum saat aku dahaga
Dia lah yang selalu menyelamatkanku saat aku dalam bahaya
Dia lah yang selalu mencukupi segala kekuranganku dan,
Dia lah yang selalu menutupi segala keburukan perilakuku

Mengapa pula aku menduakanNya dengan sesuatu yang tak bisa apa-apa
selain menyengsarakan dan membuat hidupku hancur dan tak berarti
sudah sekian lama aku berada dalam ketidakmenentuan hati
sudah sekian panjang jalan yang aku tempuh tanpa kebahagiaan
sudah sekian tahun aku berdiri di tepi jurang yang sangat curam
sudah sekian banyak kesalahan dan kealpaanku tanpa aku sadari dan,
sayang sekali aku sudah merasa hebat dan pandai dalam memilih
merasa paling tahu apa yang terbaik dan cocok untukku tapi,

Ternyata semua itu palsu dan salah besar
Ternyata semua itu hampa dan bohong belaka
Ternyata aku sia-sia dalam memilih hidup dan,
Ternyata aku bodoh...................


kairo, 16 desember 2007

Label:


Baca Selengkapnya...!

Pangeran Cinta


Oleh: Syarif Istifham

Semerbak aroma fajar menyelinap ke ruang kamarku saat aku sedang asyik bermain game. Saking asyiknya bermain game sampai aku lupa tidur, bahkan teriakan adzan subuh yang begitu keras dari beberapa masjid di sekitar kosku hampir tak kudengar. Kemudian setelah selesai aku bermain game, aku berfikir sejenak “apa ini yang dibilang dengan Mabuk oleh para pecinta?” orang yang sedang mabuk/muskir tidak pernah ingat selain apa yang sedang ia gandrungi, entah itu mabuk game, mabuk khomr, mabuk pekerjaan, atau terlebih lagi mabuk cinta.

Banyak kita jumpai orang yang sedang dimabuk cinta. Ia tidak ingat makan, minum, tidur, apalagi mandi. Karena itulah, banyak sekali kita jumpai orang-orang kayak mereka badannya tak terurus, kurus, kumuh, dan tak enak dipandang. Mereka juga tidak pernah peduli dengan lingkungan di sekeliling mereka, yang mereka tahu hanya apa yang ia dibuat mabuk olehnya.

Seandainya Susana seperti ini terjadi ketika kita sedang bercumbu dengan tuhan, yakni saat kita shalat (paling tidak), sungguh alangkah indah sekali. Pada waktu kita shalat kita bisa khusyu’ tidak ada yang di ingat melainkan Dia. Sebagai contoh dari sekian banyak orang yang mabuk karena cinta adalah sayyidah robi’ah adawiyah. Seandainya beliau adalah seorang laki-laki, niscaya beliau adalah orang yang paling pantas dengan julukan pangeran cinta.

Suatu ketika beliau pernah ditanya oleh seorang sufi; apakah engkau mencintai allah wahai rabi’ah? Beliau menjawab: iya aku mencintaiNYA, lalu apakah engkau membenci syetan? Jawab beliau: tidak wahai saudaraku. Kemudian orang sufi tersebut bertanya lagi. Kenapa bisa begitu? Jawab beliau: karena di dalam hatiku sudah tidak ada ruang lagi untuk membenci syetan, karena hatiku sudah penuh dengan cinta kepada Allah.

Subhanallah….. !!! begitulah orang yang benar-benar dimabuk oleh cinta. Kalau boleh saya bertasybih (mengibaratkan) cinta itu ibaratnya wiski/khomr dan orang yang meminumnya akan mabuk kepayang, bahkan cinta lebih dahsyat lagi. Yaa tuhan… anugerahilah kami cinta untuk kami teguk walau Cuma setetes dari lautan cintaMU.


Kairo, 17 desember 2007

Label:


Baca Selengkapnya...!

El-Hoedaku


Oleh: Syarif Istifham

Pada zaman dahulu sekitar kurang lebih dua abad yang lalu di daerah kebumen terdapat desa yang dinamai jetis. Namun pada masa itu desa tersebut masih berupa hutan belantara, dan konon ceritanya masih dihuni oleh dedemit-dedemit, gandruwo, dkk. Nah, di desa inilah pondok pesantren Alhuda didirikan oleh seorang 'alim pada zamanya yang bernama syeikh Abdurrahaman. Beliau adalah pendiri sekaligus murobby/pengasuh pertama pondok pesantren Alhuda. Berkat kesaktian beliau, dedemit, gandruwo, dkknya itu lari terbirit-birit meninggalkan desa itu. Kemudian setelah mengusir syetan-syetan tersebut, beliau mendirikan sebuah musholla kecil untuk dijadikan tempat beliau menyebarkan ilmunya.

Pesantren ini mula-mula adalah sebuah tempat suluk (kegiatan ritual orang yang sedang mengamalkan tareqat), karena pendirinya adalah seorang kyai yang beraliran sufi/ahli thoriqoh. Beliau mengikuti thoriqoh gurunya syeikh Sulaiman Zuhdi di jabal qubais mekkah yang dikenal sebagai thoriqoh Naqsabandiyah-qodiriyah yang pada akhirnya, beliau memperoleh murid banyak. Sampai-sampai musholla tempat beliau dan murid-muridnya tawajjuhan (semacam ritual thoriqoh)tidak muat untuk menampung mereka semua. Oleh sebab itulah, beliau dan murid-muridnya bekerjasama untuk membuat bangunan yang sekiranya cukup untuk tempat mereka mengerjakan segala bentuk ritual dan pengajian.

Seiring waktu yang terus berjalan, hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun, santri-santri beliau mulai banyak. Diantara mereka ada yang tidak ingin pulang. Artinya, mereka kepingin selalu di samping mursyid/guru thoriqoh mereka untuk lebih dekat dengan beliau, sehingga bias selalu mendengarkan nasihat-nasihat beliau. Mereka mebuat panggung sendiri untuk tempat mereka tidur, dan di buat di sebelah musholla. Kemudian setelah itu, semakin ramai santri-santri dari berbagai pelosok daerah berduyun-duyun mendatangi tempat tersebut untuk menimba ilmu dari sang syeikh. Tidak lama kemudian, sang syekh kembali ke rahmatullah yang meninggalkan kesedihan di hati murid-murid beliau.

Setelah beliau wafat, kepemimpinan thoriqoh dan pesantren dipegang oleh murid beliau yaitu seseorang yang juga sangat 'alim dan juga wara'. Beliau adalah hadlrotus syeikh Hasbullah Abdurrahaman. Sebagian dari kebiasaan orang arab adalah selalu menambahkan nama mereka di belakang nama anak-anak mereka. Mungkin dari situlah kenapa beliau diberi nama oleh ayahanda beliau dengan di tambahkan abdurahman di akhir nama beliau. demikian juga generasi berikutnya yaitu; kyai Mahfudz Hasbullah, kyai Wahib Mahfudz, dst.

Saat ini pesantren Alhuda diasuh oleh dua bersaudara yang sama-sama alimnya yaitu; syekhina KH. Wahib Mahfudz dan K. Yazid mahfudz. Mereka berdua berbagi tugas dalam mengurusi pesantren. Yang satu sebagai atas nama pengasuh, dan yang kedua sebagai atas nama direktur madrasah. Mereka berdualah yang mendidik serta membimbing penulis, hingga pada akhirnya, penulis sekarang bisa kuliah di sebuah Universitas tertua di kairo yang akrab di kenal dengan nama Al-Azhar University. Untuk itulah, penulis lewat media maya ini menghaturkan beribu-ribu terimakasih kepada beliau-beliau yang sudi membimbing kami khususnya penulis, sehingga kami memperoleh ilmu yang banyak, baik, dan bermanfaat.

Kairo, 18 desember 2007

Label:


Baca Selengkapnya...!

Kalam Qalbu

Oleh: Syarif Istifham

Manis sekali gadis kecil itu tersenyum. Apa adanya, ia terseyum tanpa ada yang harus ditutup-tutupi. Kemudian ia tertawa ceria dan tak menghiraukan sekelilingnya. Aku pikir itu wajar kalau anak kecil tersenyum, kemudian tertawa itu bukanlah luar biasa. Anak kecil masih belum seberapa dosanya. Atau bahkan belum berdosa sama sekali. Justru yang luar biasa adalah aku, kamu, yang kemudian menjadi kita. Kita tertawa puas, sementara dosa kita semakin melangit.

Kita tertawa puas sementara pahala yang kita harap-harapkan itu belum pasti kita dapatkan. Aku berusaha untuk tidak mempedulikan hal-hal itu, aku lelah lalu aku pergi ke taman bunga. Mungkin dengan memandang bunga, hatiku bisa berbunga-bunga. Tidak lagi memikirkan kesalahan-kesalahan yang telah lama menjadi sejarah.

Di taman bunga aku menemukan setangkai bunga yang sangat indah dan menarik. Kemudian kudekati bunga itu, semakin dekat aku dibuatnya semakin tertarik. Kulihat bunga itu berwarna ungu. Aku baru sekali ini menjumpai bunga seperti ini. Dan tentu saja aku tidak tahu nama bunga tersebut. Cantik, indah, menawan.

Tapi aku melihat, ia juga memiliki cacat pada tubuhnya, Rantingnya patah dan daunya juga sudah agak menguning. Itu menandakan bahwa ia tidaklah sempurna. Kemudian aku teringat dengan perkataan seorang teman. Dia bilang "Daun yang jatuh tidak akan menjatuhkan hati yang berakar bunga. Jamur pun hidup tanpa daun."

Terus terang, aku kurang mengerti perkataan temanku tersebut. Namun aku berusaha faham sedikit demi sedikit. Aku berusaha memahami, bahwa hidup itu adalah sebuah usaha untuk mencapai kesempurnaan. Ada orang yang pesimis, ada juga orang yang optimis. Kemudian ada sebuah perasaan yang merubah segalanya. Ia dipuja-puja oleh kebanyakan orang. Diagung-agungkan oleh kebanyakan penduduk bumi. apa itu? jawabnya ialah; Cinta.

Ya, Cinta. Ia memang dahsyat, mampu mengubah segalanya. Namun, di saat cinta tak mampu lagi menjelaskan suasana. Di saat cinta itu kemudian retak, ia tidak segan-segan menumpahkan air mata pemiliknya. Ya, Kurasa bulir beningnya mampu pecahkan suasana. Perlahan, bulir bening itu mengalir. Tapi justru karena itulah, orang-orang sekitar kemudian merespon. Bukan diam yang tidak bisa ditebak.

Kemudian aku mengunci diri di dalam kamar seharian. Sendirian di kamar yang relatif kecil. Memasang dialog dengan hati. Namun, tiba-tiba ada perasaan yang tidak aku undang datang membuyarkan pikiranku. Jengkel. Ya, jengkel. Perasaan itu hadir ke dalam diriku secara tiba-tiba, tapi kupikir-pikir kadang perasaan jengkel diperlukan. Bahkan sangat perlu.

Walaupun aku tidak tahu kepada siapa aku harus merasa jengkel. Akhirnya, kuambil cermin yang sejak tadi menggantung di kamarku. Kulihat mataku sembab, mukaku pucat, dan keningku berkeringat. Aku bingung, tapi aku berusaha untuk tetap tersenyum. Karena hanya itulah yang bisa aku hadiahkan kepada semua orang. senyum yang paling manis yang pernah aku punya.

Label:


Baca Selengkapnya...!

Mensyukuri Pemberian

Oleh: Syarif Istifham

Dulu waktu aku masih kecil, sewaktu aku belum bisa bicara fasih/lancar kakekku sangat menyayangi dan memanjakanku. Beliau selalu memberiku nasihat-nasihat dan berbagai wejangan dengan harapan agar kelak jika aku dewasa bisa seperti kakekku, bahkan kalau bisa lebih hebat dari beliau. Satu pelajaran yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telingaku adalah setiap kali beliau memberikan sesuatu untukku, pasti beliau selalu mengajariku mengucapkan kalimat jazakallahu khairal jaza jazaan katsira.

Dan aku pun mengucapkan kalimat itu meskipun, dengan bunyi seperti ini jajakallah khailal jaja jajaan kacila, karena waktu itu aku masih cedal (belum fasih). Waktu itu aku belum paham maksud dari kata-kata itu. Dan kenapa kalau setiap beliau ngasih apa-apa beliau selalu memerintahku untuk mengucapkan kata-kata yang begitu asing tersebut.

Kemudian setelah aku mondok aku baru tahu apa arti dari kata-kata itu. Namun, aku belum bisa memahami apa sebenarnya pesan-pesan moral dari kata-kata tersebut. Baru setelah aku mulai dewasa dan sudah relatif lama mondok, aku mulai paham apa tujuan kakekku dulu selalu mengajarkan kata-kata tersebut. Ternyata memang ada sebuah hadist yang artinya kurang lebih sebagai berikut: “Barang siapa tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia juga tidak bersyukur kepada Allah.”

Itulah kenapa kakekku selalu memerintahkanku begitu, meskipun beliau tidak menunjukan dalil-dalilnya. Karena kalau anak kecil sudah dikasih dalil-dalil dan segala macam, ia tidak mau berfikir. Begitulah, orang-orang tua kita dalam mendidik anak-anaknya. Dan aku baru sadar kalau selama ini aku bukan menjadi diriku sendiri, tapi menjadi orang lain.


Kembali kepada topik kita kali ini yaitu tentang syukur kita kepada Allah yang Maha memberi. Kalau kita berfikir sebentar akan timbul dibenak kita bahwa syukur ini memang fitrah manusia. Kenapa?. Karena setiap orang yang diberi sesuatu oleh orang lain, pasti terbetik di hatinya bagaimana caranya aku bisa membalas pemberian ini. Tapi lain halnya kalau yang memberi adalah Dzat yang tidak butuh apapun dari siapapun.

Nah, untuk memenuhi kebutuhan fitrah itu Allah memerintahkan kita lewat kitab suciNYA untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan. Syukur dalam artian menggunakan segala yang diberikan untuk sesuatu yang disukahi dan diridlaiNYA. Cuma itu yang diminta. Tidak lebih. Itu saja bukan untuk Dia, tapi untuk manusia itu sendiri. Karena barang siapa yang bersyukur pasti akan ditambah oleh Allah.

Menarik sekali topik ini. Ada sebuah cerita/hadist bahwa suatu ketika sayyidah Aisyah istri Nabi menjumpai Nabi saat beliau sedang melakukan shalat malam. Siti Aisyah, ia melihat kaki nabi bengkak dikarenakan shalat yang begitu lama shalat. Kemudian setelah Nabi selesai shalat Siti Aisyah, ia bertanya kepada Nabi. Wahai kekasihku engkau sudah diampuni oleh Allah kesalahan yang lalu dan yang akan datang, tapi kenapa baginda masih shalat begitu lama. Apa jawab beliau? Beliau menjawab: apakah aku enggan menjadi hamba yang bersyukur?

Syeikh Mutawally As-Sya’rawi menjelaskan hadits ini sebagai berikut: Alqur’an mengatakan bahwa: “Sungguh apabila kalian bersyukur, pasti akan Aku tambah.” Jadi, kalau melihat ayat ini kita bisa tahu maksud dari ucapan Nabi tersebut. Apakah aku enggan menjadi orang yang mengharapkan tambahan nikmat? Kurang lebih seperti itu maksudnya. والله اعلم بالصواب

Label:


Baca Selengkapnya...!

Aku dan Sepasang Mubtada khobar

Oleh: Syarif Istifham

Tahun-tahun tlah berlalu begitu cepat
Bak roda kendaraan dengan kecepatan tinggi
Serasa ku dipermainkan oleh mereka
Mereka sungguh kejam.. pikirku
Memang mereka tidak punya perasaan
Yang mereka tahu hanyalah mamatuhi
Perintah Yang Maha Tinggi

Di antara sayap-sayap Sang Waktu
Terjadi kisah antara Aku dan Sepasang Mubtada khobar
Ialah Pada Saat aku mengaji kitab Al-jurumiyah
Sampai aku dipertemukan dengan kitab Alfiyyah
Aku dikenalkan dengan sepasang kekasih,
Mubtada dan khobar alias Utawi dan iku

Kitab Al-Jurumiyyah memberitahu sebuah rahasia kepadaku
Rahasia antara hubungan Mubtada dan Khobar,
Bahwa Mubtada dan Khobar tak selamanya bersama
Terkadang Mubtada selingkuh dengan yang lain
Yang ternyata diketahui bernama Fa'il
Dan terkadang Mubtada memilih untuk sendiri

Kitab Alfiyyah juga bercerita tentang mereka
Dalam salah satu baitnya itu, bahwa
Yang Membuat Mubtada Mulia adalah keberanian
Keberanian untuk memulai sebuah tindakan
Dan yang Menjadikan khobar bermartabat
Tidak lain kecuali Sang Mubtada dan

Akhirnya, rahasia ini aku bocorkan untuk umum
Selamat mebaca……….!!!

Kairo, 23 desember 2007

================

Label:


Baca Selengkapnya...!

Takut vs Harap

“Pangkal dari semua Kebijaksanaan adalah Takut kepada kepada Allah”
“Satu hal yang dapat menjadikan kita bahagia adalah sebuah harapan”

Oleh: Syarif Istifham

Begitulah pepatah arab mengatakan। Jika kita merenungi mutiara-mutiara makna yang terkandung dalam dua petikan hikmah di atas, maka kita akan menemukan apa yang selama ini dicari-cari oleh mereka yang sedang dilanda kebingungan mencari ketenangan hidup. Sebab hidup bisa tenang apabila kebutuhun jasmani dan rohani terpenuhi. Mungkin sebagian orang ada yang resah karena kebutuhan jasmani belum terpenuhi. Dan sebagian yang lain, meski kebutuhan jasmani sudah terpenuhi bahkan melimpah-melimpah. Namun, kebutuhuhan rohani mereka belum terpenuhi. Kebutuhan rohani di sini bukan yang di maksud kebutuhan rohani yang di minta seorang istri dari suaminya. Atau yang sering kita kenal yaitu kebutuhan akan Sex.

Kita tahu bahwa ketika kita takut terhadap sesuatu, biasanya satu hal yang mesti kita lakukan adalah menghindari sesuatu yang kita takuti tersebut. Namun lain halnya, jika yang kita takuti itu adalah Tuhan kita. Justru kita diperintahkan untuk mendekatinya dengan jalan bertaubat untuk meminta ampunan. Kemudian satu hal lagi yang mesti kita lakukan adalah merubah perilaku jelek kita kepada perilaku yang diridlai dan dicintaiNYA. Tapi juga jangan lupa tanamkanlah dalam hati kita masing-masing sebuah harapan, supaya kita di di dalam usaha kita mencari ridla Allah tidak merasa capek apalagi sampai putus asa. Apabila kita sudah mematri rasa itu dalam dalam, maka kita akan menghadapi segala hal dengan Enjoy atau bahagia.

Jadi antara takut dan harap harus bisa beringan secara sinergi. Kita akan berusaha untuk tidak melakukan apa yang tidak disukai oleh hati nurani, namun disukai oleh nafsu. Karena kita takut bahwa kita sendiri yang akan menanggung akibatnya. Kita juga akan berusaha untuk melakukan apa saja demi tercapainya sesuatu yang kita harap-harapkan. Oleh karena itu mari kita tanamkan bersama di relung hati kita persaan takut dan juga persaan harap. Jadi kesimpulannya kita akan memiliki persaan harap-harap cemas. Karena kita tidak ada yang tahu apakah kita ahli surga ataukah sebaliknya. “Semuanya di mudahkan menuju apa yang ia diciptakan karenanya .” oleh karena itu, pilih dan berjuanglah semaksimal mungkin.

“Barangsiapa menanam benih, pasti dia juga yang akan menuainya”


Label:


Baca Selengkapnya...!

Sabtu, Desember 22, 2007

Santri Jomblo

Oleh: Agus Musoffa (Guru Saya)

Malam Minggu pun tiba
Di mana kaum adam dan hawa
Memadu cinta menghirup bahagia
Di saat mereka terbuai
Dalam alunan cinta

Di saat mereka bahagia
Dalam hangatnya cinta
Ku di sini sendiri
Dipusingkan tuk membahas
Darah haid wanita
Yang menjijikan itu

Hari-hariku hanya diperkenalkan
Dengan utawi, iku, apane
Bahkan ku dihajar bila tak tahu
Kaana ashluhu.......?

Tak sempat ku tahu
Arti cinta, sebuah kerinduan
bahkan kasih sayang
Dari seorang kekasih

Memang...
Aku ini santri 'JOMBLO'
Yang tak sanggup memperjuangkan cinta
Aku LAKI-LAKI yang penuh LIKA LIKU
Yang TAK LAKU-LAKU karena LUKA LUKA

Kebumen, in album memory April 2004

Label:


Baca Selengkapnya...!