Senin, Desember 24, 2007

Kalam Qalbu

Oleh: Syarif Istifham

Manis sekali gadis kecil itu tersenyum. Apa adanya, ia terseyum tanpa ada yang harus ditutup-tutupi. Kemudian ia tertawa ceria dan tak menghiraukan sekelilingnya. Aku pikir itu wajar kalau anak kecil tersenyum, kemudian tertawa itu bukanlah luar biasa. Anak kecil masih belum seberapa dosanya. Atau bahkan belum berdosa sama sekali. Justru yang luar biasa adalah aku, kamu, yang kemudian menjadi kita. Kita tertawa puas, sementara dosa kita semakin melangit.

Kita tertawa puas sementara pahala yang kita harap-harapkan itu belum pasti kita dapatkan. Aku berusaha untuk tidak mempedulikan hal-hal itu, aku lelah lalu aku pergi ke taman bunga. Mungkin dengan memandang bunga, hatiku bisa berbunga-bunga. Tidak lagi memikirkan kesalahan-kesalahan yang telah lama menjadi sejarah.

Di taman bunga aku menemukan setangkai bunga yang sangat indah dan menarik. Kemudian kudekati bunga itu, semakin dekat aku dibuatnya semakin tertarik. Kulihat bunga itu berwarna ungu. Aku baru sekali ini menjumpai bunga seperti ini. Dan tentu saja aku tidak tahu nama bunga tersebut. Cantik, indah, menawan.

Tapi aku melihat, ia juga memiliki cacat pada tubuhnya, Rantingnya patah dan daunya juga sudah agak menguning. Itu menandakan bahwa ia tidaklah sempurna. Kemudian aku teringat dengan perkataan seorang teman. Dia bilang "Daun yang jatuh tidak akan menjatuhkan hati yang berakar bunga. Jamur pun hidup tanpa daun."

Terus terang, aku kurang mengerti perkataan temanku tersebut. Namun aku berusaha faham sedikit demi sedikit. Aku berusaha memahami, bahwa hidup itu adalah sebuah usaha untuk mencapai kesempurnaan. Ada orang yang pesimis, ada juga orang yang optimis. Kemudian ada sebuah perasaan yang merubah segalanya. Ia dipuja-puja oleh kebanyakan orang. Diagung-agungkan oleh kebanyakan penduduk bumi. apa itu? jawabnya ialah; Cinta.

Ya, Cinta. Ia memang dahsyat, mampu mengubah segalanya. Namun, di saat cinta tak mampu lagi menjelaskan suasana. Di saat cinta itu kemudian retak, ia tidak segan-segan menumpahkan air mata pemiliknya. Ya, Kurasa bulir beningnya mampu pecahkan suasana. Perlahan, bulir bening itu mengalir. Tapi justru karena itulah, orang-orang sekitar kemudian merespon. Bukan diam yang tidak bisa ditebak.

Kemudian aku mengunci diri di dalam kamar seharian. Sendirian di kamar yang relatif kecil. Memasang dialog dengan hati. Namun, tiba-tiba ada perasaan yang tidak aku undang datang membuyarkan pikiranku. Jengkel. Ya, jengkel. Perasaan itu hadir ke dalam diriku secara tiba-tiba, tapi kupikir-pikir kadang perasaan jengkel diperlukan. Bahkan sangat perlu.

Walaupun aku tidak tahu kepada siapa aku harus merasa jengkel. Akhirnya, kuambil cermin yang sejak tadi menggantung di kamarku. Kulihat mataku sembab, mukaku pucat, dan keningku berkeringat. Aku bingung, tapi aku berusaha untuk tetap tersenyum. Karena hanya itulah yang bisa aku hadiahkan kepada semua orang. senyum yang paling manis yang pernah aku punya.

Label:

1 Komentar:

Anonymous sahaba mengatakan...

smoga cinta sejati akan kau dapati wahai sahabatku....???

teruskan perjuanganmu aku butuh bibingan dan naesehatmu....

Senin, 22 Juni, 2009  

Posting Komentar

Apa komentarmu...??

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda