Senin, Desember 24, 2007

Mensyukuri Pemberian

Oleh: Syarif Istifham

Dulu waktu aku masih kecil, sewaktu aku belum bisa bicara fasih/lancar kakekku sangat menyayangi dan memanjakanku. Beliau selalu memberiku nasihat-nasihat dan berbagai wejangan dengan harapan agar kelak jika aku dewasa bisa seperti kakekku, bahkan kalau bisa lebih hebat dari beliau. Satu pelajaran yang sampai sekarang masih terngiang-ngiang di telingaku adalah setiap kali beliau memberikan sesuatu untukku, pasti beliau selalu mengajariku mengucapkan kalimat jazakallahu khairal jaza jazaan katsira.

Dan aku pun mengucapkan kalimat itu meskipun, dengan bunyi seperti ini jajakallah khailal jaja jajaan kacila, karena waktu itu aku masih cedal (belum fasih). Waktu itu aku belum paham maksud dari kata-kata itu. Dan kenapa kalau setiap beliau ngasih apa-apa beliau selalu memerintahku untuk mengucapkan kata-kata yang begitu asing tersebut.

Kemudian setelah aku mondok aku baru tahu apa arti dari kata-kata itu. Namun, aku belum bisa memahami apa sebenarnya pesan-pesan moral dari kata-kata tersebut. Baru setelah aku mulai dewasa dan sudah relatif lama mondok, aku mulai paham apa tujuan kakekku dulu selalu mengajarkan kata-kata tersebut. Ternyata memang ada sebuah hadist yang artinya kurang lebih sebagai berikut: “Barang siapa tidak bersyukur kepada manusia, berarti ia juga tidak bersyukur kepada Allah.”

Itulah kenapa kakekku selalu memerintahkanku begitu, meskipun beliau tidak menunjukan dalil-dalilnya. Karena kalau anak kecil sudah dikasih dalil-dalil dan segala macam, ia tidak mau berfikir. Begitulah, orang-orang tua kita dalam mendidik anak-anaknya. Dan aku baru sadar kalau selama ini aku bukan menjadi diriku sendiri, tapi menjadi orang lain.


Kembali kepada topik kita kali ini yaitu tentang syukur kita kepada Allah yang Maha memberi. Kalau kita berfikir sebentar akan timbul dibenak kita bahwa syukur ini memang fitrah manusia. Kenapa?. Karena setiap orang yang diberi sesuatu oleh orang lain, pasti terbetik di hatinya bagaimana caranya aku bisa membalas pemberian ini. Tapi lain halnya kalau yang memberi adalah Dzat yang tidak butuh apapun dari siapapun.

Nah, untuk memenuhi kebutuhan fitrah itu Allah memerintahkan kita lewat kitab suciNYA untuk mensyukuri segala nikmat yang diberikan. Syukur dalam artian menggunakan segala yang diberikan untuk sesuatu yang disukahi dan diridlaiNYA. Cuma itu yang diminta. Tidak lebih. Itu saja bukan untuk Dia, tapi untuk manusia itu sendiri. Karena barang siapa yang bersyukur pasti akan ditambah oleh Allah.

Menarik sekali topik ini. Ada sebuah cerita/hadist bahwa suatu ketika sayyidah Aisyah istri Nabi menjumpai Nabi saat beliau sedang melakukan shalat malam. Siti Aisyah, ia melihat kaki nabi bengkak dikarenakan shalat yang begitu lama shalat. Kemudian setelah Nabi selesai shalat Siti Aisyah, ia bertanya kepada Nabi. Wahai kekasihku engkau sudah diampuni oleh Allah kesalahan yang lalu dan yang akan datang, tapi kenapa baginda masih shalat begitu lama. Apa jawab beliau? Beliau menjawab: apakah aku enggan menjadi hamba yang bersyukur?

Syeikh Mutawally As-Sya’rawi menjelaskan hadits ini sebagai berikut: Alqur’an mengatakan bahwa: “Sungguh apabila kalian bersyukur, pasti akan Aku tambah.” Jadi, kalau melihat ayat ini kita bisa tahu maksud dari ucapan Nabi tersebut. Apakah aku enggan menjadi orang yang mengharapkan tambahan nikmat? Kurang lebih seperti itu maksudnya. والله اعلم بالصواب

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Apa komentarmu...??

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda