Sabtu, November 29, 2008

Tangisan Anak Bangsa

Oleh: Teman sekaligus guru saya, Ust. Amiruddin (Abah Amir)

Kelabu pertengahan november, tepatnya hari minggu 15 november 2008, suasana kairo yang biasanya ramah keliahatan tidak bersahabat, bahkan pada hari itu bisa dibilang mencekam, sebab aktifitas masisir yang biasanya lalu lalang terlihat sepi dan tidak ada aktifitas sama sekali. setelah datang dari univ zamalik saya mengantar teman untuk daftar s2, diperjalanan pulang saya mendapat telpon dari teman bahwa ada salah satu teman al-mamaterku ditangkap mabahis (intel) "amn daulah", dalam pikiranku masih ada tanda tanya kenapa dia ditangkap? apakah melakukan tindakan kriminal? ataukah karena bekerja direstoran tanpa izin dagang?. sampai dirumah aku sholat magrib bersama temanku (kadi) kemudian kami memutuskan untuk berangkat kerumah mas boby yang ternyata juga sama2 ditangkap oleh aparat keamanan, dikarenakan macet total dari bawabah ula sampai H-10 kami memutuskan berjalan kaki saja dari mahattoh H-10 sampai bawabah III, sesekali berhenti di caffe melihat pertandingan El-ahly yg menyihir masyarakat kairo.

Sampai dirumah mas boby, kami dibukakan pintu oleh mbak intan (istri mas boby). dengan ramah beliau mempersilahkan kami masuk ruang tamu, dan ternyata didalam sudah ada saudara Toyyib yang lagi asik buat tempe. kami ber-empat ngobrol-ngobrol santai tentang kejadian siang, kira-kira ba'da dhuhur, toyyib mulai membuka cerita tentang kejadian tersebut; "tadi siang waktu aku digami' melihat polisi-polisi preman menangkapi teman kita dan aku santai saja tuturnya. setelah dia mengetahui yang digrebeg adalah mat'am (restoran), kemudian dia mencoba telpon mas Boby dan teman-yang bekerja di mat'am mas boby, ternyata HP yang dihubungi sudah ditutup semuanya sehingga tidak bisa dihubungi" , setelah toyyib pulang dari gami' ternyata teman-teman yang ada di warung mas boby sudah ditangkap semuanya, bukan hanya karyawan warung saja, bahkan pelanggan yang ada disanapun yang sedang menyantap makanan juga di angkut aparat keamanan karena tidak membawa paspor. mbak intan mulai angkat bicara, dia bilang tadi sore saya sudah ngasih paspor ayahnya andin (mas boby), ada salah satu petugas sebenarnya mau melepas mas boby, tetapi ada satunya lagi tidak memperbolehkan, karena visanya sudah habis 2 mingguan, mendengar penjelasan mbak intan sendi-sendi rasanya mau copot; cuma 2 minggu menjadi masalah? visa saya sendiri sudah mati hampir setahun, terus bagaimana saya kalau kena tangkap?, mbak intan mellanjutkan cerita, bahwa dia sudah dihubungi perwakilan atan bapak Hilman, dia bilang langsung mau diurusi bersama konsuler kayaknya. kami sudah mulai tenang sebab presiden PPMI juga sigap melihat suasana yang menghantui teman-teman masisir. ditengah-tengah ngobrol bel rumah berbunyi, setelah kami lihat ternyata yang datang orang rusia kalo gak salah namanya jorji, sebenarnya dia juga ketangkap polisi pada waktu makan diwarung boby, tetapi karena ada yang mengantarkan paspor dan visanya tidak mati dia dilepaskan aparat kemanan.

Maksud kedatangan jorji kerumah masboby sebenarnya ingin mengambil Hpnya ridwan yang tertinggal dirumah makan, tetapi setelah kami cari didalam mat'am Hpnya gak ada, pada waktu itu ridwan kelihatan gugup kata jorji saat amn daulah masuk kedalam ma'tam lengkap dengan peralatan laras panjang mereka, ada sekitar 10 an lebih polisi yang masuk serta menodongkan laras panjangnya seraya berkata la tataharrok! itla' barrooh! siapa yang gak kaget kata jorji, wong kita dalam keadaan makan kok. setelah kami periksa disemua tempat daerah ridwan duduk, ternyata Hpnya tidak ditemukan juga, ahirnya kami memutuskan untuk pulang saja "kembali kerumah mas boby". Ditengah-tengah perjalanan sambil menghela nafas jorji mengatakan saya seperti kriminal saja tadi, kok bisa-bisanya masalah visa saja mengeluarkan senjata, setelah sampai dirumah mas boby jorji pamitan seraya berkata kepada kami kalau butuh apa-apa telpon saja sama saya, gak apapa nanti saya bantu kok, ok kalo gitu aku pamit dulu.

Sekitar jam 10 malam presiden PPMI didampingi ayib dan fuad datang kerumah boby untuk ngambil paspor saudara aslimin, iqbal dan faizin yang belum diserahkan kepada pihak berwajib di H-6, setelah pasport semua terkumpulkan, kemudian pak presiden dkk. meluncur ke H-6, karena sudah ditunggu pak hilman dari atan dan pihak konsuler KBRI, selama 1jam kami menunggu hasil usaha atan dan konsuler untuk mengeluarkan teman2 yang masuk tahanan, dan alhamdulillah setelah rombongan presiden PPMI dan pak hilman datang tidak hanya dengan tangan hampa, akan tetapi saudara aslimin dan iqbal yang mempunyai visa dapat keluar, dalam perbincangan malam itu saya masih ingat apa yang dikatakan pak hilman, mbak intan tenang2 saja, sebab mas boby visanya mati cuma 1 bulanan, insyaallah ada harapan, sedang kan faizin dan ridwan kayaknya sulit, karena visa faizin sudah mati selama dua tahun dan ridwan dari tahun 2007 belum naql bayyanat, mbak intan tenang saja, besok mas boby akan dikeluarkan.

Kami merasa lega dan puas melihat kinerja KBRI yang begitu cepat, bahkan pak hilman juga bilang, hanya KBRI indonesialah yang pertama kali mengurus masisir yang tersangkut dengan masalah visa di qism tsani (kantor polisi) H-6. pak hilman pun pamit pulang dan kami langsung mempersiapkan makanan untuk mengirim tiga teman kita yang ada dalam tahanan, pada waktu itu yang mengantar nashir tailand, presiden PPMI dan ayib, alhamdulillah makanan yang dikirim malam itu diperbolehkan masuk oleh para penjaga, walaupun selimut tidak diperbolehkan masuk.

Masuk hari kedua, belum ada perkembangan yang signifikan, walaupun ada salah satu teman telpon pihak KBRI, katanya masih melakukan rapat, dalam benak saya KBRI kayaknya benar-benar mau berpihak pada kita dan akan segera mengeluarkan teman kita yang masih ada dalam tahanan, namun pada hari keduapun nihil; belum ada berita yang membuat hati keluarga mas boby gembira begitupun juga teman-teman akar budaya dan jambi. hari ketigapun juga sama, belum ada kepastian sama sekali apakah boby, ridwan atau faizin yang keluar duluan, namun rumor yang berkembang masih tetap seperti hari-hari sebelumnya, yang diprediksikan akan keluar duluan adalah boby, karena pelanggaran visa masih dalam jangkauan toleransi.

Pada hari ke-empat hati saya merasa terguagah untuk main-main kerumah boby, anak-anaknya yang masih kecil menggerakkan hati nuraniku untuk menjenguk keluarga yang terkena musibah. saya dan kadie mengetok pintu rumah mbak intan, setelah dibukakan pintu ternyata didalam sudah ada mas azam sekeluarga, aslimin, muhammad dan toyyib yang melakukan aktifitasnya, kemudian saya memulai angkat bicara gimana pihak KBRI? apakah sudah memberikan kepastian? mbak intan menjawab andin "putri sulungnya" sudah mendapatkan visa, malah tadi imigrasi sempat tanya mana paspor bapaknya? kan dia yang lebih membutuhkan. ...untuk urusan KBRI, aslimin dan muhammad sudah menghubungi pak abdulloh, namun beliau bilang "saya tidak butuh mengeluarkan paspor, akan tetapi orangnya yang akan dikeluarin".

Perasaan lega dan harapan istri saudara boby semakin kuat, bahkan kepercayaannya ibarat seorang anak telah pasrah dengan bantuan dan kasih sayang orang tuanya "KBRI", namun dibalik itu semua masih ada ketimpangan dan menjadi tanda tanya buat kami, sebab seolah-olah antara satu dan lainnya dari pihak KBRI saling lempar tugas, sehingga kamipun cuma mempunyai harapan bantuan dari PPMI sebagai organisasi mahasiswa yang resmi di kota seribu menara ini. tepat ba'da isya' saudara azam, aslimin dan muhammad seperti hari-hari biasanya mengirim makan buat teman-teman yang masih ada dalam tahan, namun baru saja hampir keluar dari bawabah III istri boby mendapatkan telpon dari wakil presiden PPMI pada malam itu untuk mengumpulkan surat-surat keterangan dan berkas-berkas boby untuk memperpanjang visa. dari situlah kami semakin timbul kecurigaan;, bahwa birokrasi KBRI membingungkan, bukan malah menjadi rumah bagi kami warga indonesia, seolah-olah kita merasa asing, bahkan teman-teman yang tadinya ditelpon untuk mengambil berkas-berkas kembali lagi dengan tangan kosong, karena ada konfirmasi lagi dari saudara hery ternayata ada ketimpangan antara atan dan konsuler, keduanya seolah-olah saling lempar tugas, kalau menengok kebingungan teman-teman PPMI pada malam itu, saudara hery disuruh mengumpulkan data yang mau diserahkan kepada pak hilman, namun kata pak hilman untuk urusan semuanya sudah diambil tugas oleh pak abdulloh dari pihak konsuler KBRI, hery pun bingung mau diserahkan kepada siapa berkas yang tadi dipersiapkan? . setelah dipertimbangkan malam itu berkas-berkas masih tetap dirumah boby dan belum ada kejelasan mau diserahkan kemana.

Untuk hari 5-6 belum mengetahui perkembangan pasti, walaupun sudah ada usaha maksimal yang kami lakukan, dari pihak keluarga boby dan PPMI. mungkin KBRI lagi lbur dan para petugasnya juga tidak mau kehilangan hari berliburnya, sehingga permasalahan yang mangkrak terlupakan, dan mereka seolah-olah tidak mendengar tangisan amr (anak boby) dan andin kakaknya memilukan hati yang mendengarnya, walaupun mereka tidak tahu keberadaan orang tuanya, namun kerinduannya tidak bisa dipungkiri dengan kegelisahan dan kegalauan yang tidak bisa diungkapkan seperti orang dewasa. Dan pada hari ke-7 harapan yang menipis mulai menebal lagi, sebab aslimin dan muhammad yang mengantarkan berkas-berkas ke KBRI katanya diterima, pak abdullah bilang katanya sudah mengirim fax ke amn daulah, diperkirakan tidak lama lagi boby akan keluar dari tahanan dan yang dua masih belum bisa dipastikan karena pelanggarannya terlalu berat.

Tumpuan keluarga boby hanya kepada KBRI, karena permasalahan yang dihadapi dengan amn daulah bukan hanya individual saja, akan tetapi antara keharmonisan negara indonesia dan mesir, dari salah satu teman kita (mas nanang) juga pernah datang langsung ke H-6 dan meminta penjelasan dari pihak berwajib tentang nasib anak bangsa kita, namun pihak berwajib mengatakan "sebenarnya bukan kamu yang harus datang kesini, tetapi dari pihak kedutaan kamu, dan nanti kita bicarakan secara kekeluargaan" . mendengar jawaban dari pihak berwajib kayak gitu, tentu saja kita mempunyai kesimpulan, bahwa pihak KBRI belum sama sekali menjenguk tahanan yang ada di H-6 kecuali malam pertama pasca penangkapan.

Detik demi detik, jam demi jam dan hari demi hari silih berganti dan tak terasa hari 8 pun terlewatkan dan sudah berganti hari ke-9. dihari inilah hari yang sangat mengejutkan, bisa dibilang hari husnudhon berubah sembilan puluh derajat menjadi su'udhon, seharian saya keluar rumah, dan tiba-tiba teman serumaku memberikan tebakan kepada saya, bang siapa yang paling awal keluar dari penjara boby, faizin atau ridlwan? dengan sertamerta aku menjawab ya boby dong, kan boby cuma sebulanan visanya mati, sedangkan yang lainnya tahunan. kemudian aku balik bertanya gimana bener gak jawabanku?, teman-teman malah nertawain aku mereka bilang yang keluar ternyata cuma faizin, dan itupun diluar perhitungan dan jangkauan akal, tetapi selidik punya selidik ternyata yang dipulangkan dari tahanan cuma teman-teman yang masih terdaftar di azhar dan yang lainnya dideportasi.

Kepulangan saudara faizin disambut gembira oleh kolega-kolega semuanya, walaupun visanya terlambat selama dua tahun, namun pihak berwajib masih memberi toleransi keluar dari tahanan. sedikit cerita yang dibawa oleh faizin dari tahanan, dia menceritakan kepada kita semua tentang kebaikan KBRI, karena setiap hari dikirim makanan sebanyak tiga kali dan ada usaha dikeluarkan dari tahanan, faizin menganggap semua itu adalah usaha KBRI melindungi warganya, namun realita mengatakan lain, ternyata yang mengirim makanan bukan dari KBRI, melainkan dari kekeluargaan gama jatim, jambi dan istrinya boby secara bergiliran, dan keluarnya faizin bukan karena usaha pihak KBRI, tetapi karena dia masih muqoyyad di Al-azhar, sontak wajah faizin berubah, benaknya yang mengatakan KBRI sebagai pelindungnya malah bukan, ternyata kewibawaan azhar lah yang menyelamatkan dia dari tahanan.

Ke-esokan hari setelah faizin keluar dari tahanan, boby memberikan kabar, bahwa dia dibawa ke hadiqoh 'asyir ramadlan sebagaimana yang dialakukan faizin sebelum keluar, hampir saja kami mempunyai harapan akan dikeluarkan seperti faizin, namun setelah dibawa ke hadiqoh, malah tidak ada kabar sama sekali, apakah dilepaskan atau tidak? .kecemasan yang dialalami istri boby semakin menjadi-jadi, bahkan saat HPnya berbunyi dia kebingungan dimana suara Hp tersebut, padahal berada dalam sakunya. kecemasan itulah yang mendorong istri boby berbuat nekat untuk menjenguk suaminya pada hari ke11 tanpa didampingi KBRI, dia berangkat bersama nasir (thailand), jorji (rusia) ke- H-6, ingin mengerti kabar sebenarnya, namun setelah sampai ditempat, penjaga bilang sekarang lagi ada di mugamma' (tahrir), sesampainya ditahrir dibilang masih ada di H-6, kemudian kembali lagi keH-6, sampai di H-6 dibilang barusan dibawa ke mugamma' lagi. hampir saja putus asa, akan tetapi karena tekat yang kuat mereka ber- tiga kembali lagi ke mugamma', setelah mereka sampai dimugamma' istri boby minta izin untuk bertemu dengan suaminya, dengan ramah petugas mempersilahkan masuk bertemu dengan dlobitnya, dalam perbincangan antara istri dan dlobit " kamu sudah terlambat datang kesini, karena sekarang suami kamu sudah diputuskan dideportasi, bahkan mustasyar disana juga mengatakan sifaroh andak ta'ban masak kami telpon untuk kesini tidak mau datang, padahal kan dekat, pakai jalan kakipun bisa", mengamati daialog diatas banyak timbul tanda tanya benarkah apa yang dilakukan pihak kedutaan?, setelah intervew dengan pihak penjaga, mereka diizinkan untuk menemuai boby, belum sempat mengatakan apa-apa mereka bertiga meneteskan air mata, nasir (thailand) dan jorji (rusia) pun tak terbendung menahan tangis, tangis yang memilukan tangisan anak bangsa yang merasa tidak dilindungi.

Keberadaan boby yang kelihatan sangat kurus membuat mereka tidak tega, mungkin bisa kita bisa bayangkan, bagaimana perasaan bapak yang dipisahkan dengan keluarga, sedangkan dia tidak mengetahui kabar keluarganya? . padahal kalau berkaca dengan beberapa negara yang juga terkena masalah ini, bapak duta besar mereka terjun langsung menjenguk mereka, bahkan makanan dijamin dari kedutaan, ditahrirpun yang mengurus tiket kepulangan dari beberapa warganya yang terkena deportasi juga dari kedutaan, sedangkan kita tidak sama sekali, bahkan jorji mengakatan sebenarnya ada 4 orang dari rusia tidak muqoyyad dengan azhar, tetapi dari pihak kedutaan saya melobi amn daulah sehingga mereka lolos dari deportasi, birokrasi mesir memang tidak sama dengan negara kita namun kata orang bijak mengatakan, dimana langit dipijak disitulah langit dijunjung, dalam artian bagaimana cara kita bisa berhubungan mesra dengan birokrasi yang ada di mesir.

Pesan yang diberikan mustasyar diimigrasi tahrir kepada istrin boby, untuk secepatnya membelikan tiket suaminya, kasihan katanya kalau terlalu lama dalam penjara, karena suami kamu tidak melakukan kriminal apapun, kemudian istri boby membeli dua tiket untuk boby dan ridwan sebagai jaminan ke-esokan harinya akan dipulangkan kenegara pertiwi, ke-esokan harinya, hari kamis kemarin istri boby, nasir (thailand) dan kadi mengantarkan tiket ke mugamma' tahrir sebagai jaminan saudara boby dan ridwan dipulangkan ke-indonesia, sebenarnya saat itu pak haras dari pihak KBRI sudah janji mau mendampingi kepada yang mau ngantar tiket tepat jam 10, namun janji hanya janji belaka, tidak ada realitanya sama sekali.

Hari jum'at jam 14 WK. pesawat singapore sebagai saksi bisu keberangkatan dua teman kita dideportasi dari negeri seribu menara ini, sebagai anak bangsa penulispun juga merasa bersedih dengan kejadian ini, bukan karena konsekwensi yang mereka berdua terima, tetapi karena sebagai anak bangsa yang butuh perlindungan tidak terpenuhi. dan banyak timbul tanda tanya apakah anak bangsa kita masih mempunyai nurani? kenapa tangisan cuma hanya dimiliki orang thailand dan rusia saja? sudah pupuskah nasionalisme kita? mudah-mudahan mimpi buruk tidak terjadi pada yang lainnya, sehingga tidak ada yang peduli dengan penderitaan yang dialami. mudah-mudahan berita usang ini tidak membuat hati nurani kita menjadi usang pula. bersabarlah mbak intan, andin dan amr. allah maha tahu dengan kehendakNya.

madrasah, 28 desember 2008

0 Komentar:

Posting Komentar

Apa komentarmu...??

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda