Senin, Januari 05, 2009

Kepinding, Maafkan Aku

Oleh: Syarif Istifham

Dalam kamus besar bahasa indonesia kepinding diartikan sebagai: kutu pengisap darah manusia, berwarna merah, biasa hidup di sela-sela tempat duduk atau tempat tidur (kursi, tikar, dipan, dsb); kutu busuk; Cimex rotundanus. Setelah kita tahu apa itu kepinding, mari kita berdiam sejenak untuk sekedar membaca tulisanku tentang kepinding.

Bermula dari hobiku, yang mungkin, berbeda dari hobi teman-teman yang lain. Hobiku ini bisa dibilang aneh, tapi ini kenyataannya. Tidur alias molor, itulah hobiku, sejak aku masih di pondok sampai sekarang, sedangkan teman-temanku yang lain banyak yang jadi aktifis, karena sering aktif di berbagai organisasi, aku juga bisa dibilang begitu. Cuma gelarku lain dengan gelar mereka. Aku bisa dibilang aktifis, karena aku aktif di atas kasur empuk dan berteman bantal guling. Oleh sebab itulah aku mentakrifi aku sendiri sebagai "Sang Pemimpi Sejati" di friendsterku. Maklum, aku gak bisa mencari kata-kata lain yang lebih pantes dari itu.

Di saat aktifitasku ini sedang berlangsung tak ada yang boleh menggangguku, siapapun atau apapun itu. Itulah sebabnya kenapa aku sebel banget sama makhluk yang namanya "kepinding". Entah sudah berapa ekor kepinding yang mati ditanganku, aku tak sempat menghitungnya. Tapi yang jelas, aku sudah lega bisa menghabisi musuh-musuhku yang selalu mengganggu tidurku. Namun di kemudian hari, mulai terpikir dibenakku, apa sih sebenarnya hukum membunuh hewan yang dalam tanda petik sering mengganggu kita, kaum manusia? Dosa apa bukan?.

Kemudian muncul dua jawaban dari dalam diriku sendiri. Yang pertama, nggak apa-apa. Toh, kamu kan cuma membela diri dari serangan mereka. Jadi hukum membunuh mereka ya boleh-boleh aja donk!tapi setelah aku pikir-pikir lagi, muncul jawaban yang kedua; mereka ini juga ciptaan allah, yang juga berhak untuk hidup sama seperti kamu. kenapa kamu mau menang sendiri? Allah menjadikan kamu sebagai wakilnya di bumi ini kan bukan untuk menang sendiri, kemana akalmu ketika itu? Padahal hanya dengan akal itulah, kamu lebih mulia dibanding mereka.

Aku hanya bisa terdiam seribu bahasa, setelah kutanya dan kujawab sendiri kata-kataku. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi, karena aku merasa bersalah sudah melenyapkan nyawa berpuluh-puluh atau bahkan beratus-ratus ekor kepinding. Aku sudah berbuat kerusakan di muka bumi ini. Kalau seandainya nanti di akhirat, mereka minta pertanggungjawaban dariku, aku tak bisa berkilah, karena memang kenyataanya aku yang sudah membunuh mereka. Saat ini aku cuma bisa beristighfar, berharap Allah yang menciptakan dan memiliki nyawa-nyawa mereka, termasuk nyawa yang sekarang berada dalam diriku, berkenan mengampuni hambanya yang telah aniaya ini. Wallahu a'lam bi ash-shawab...!!!

Kairo, 16 Nov 2008

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Apa komentarmu...??

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda