Senin, Januari 14, 2008

ANTARA AMAL, SURGA, DAN NERAKA

Oleh: Syarif Istifham

Pernah suatu ketika ada seorang Alim yang ahli ibadah. Ia sangat tekun sekali dalam beribadah, terutama sekali ibadah-ibadah Tathowwu’(sunnah), seperti shalat tahajjud di waktu malam, puasa di waktu siang, dan rajin shadaqah kepada faqir miskin. Ia mengerjakan semua itu, karena Allah SWT."Ujar dia". Namun, dalam hatinya dia merasa kalau semua amalnya itu bisa memasukan ia ke dalam surga. Bahkan dalam hatinya pun bergumam “aku pasti masuk surga dengan cepat sekali, karena aku sudah taat beribadah dan menjauhi larangan-larangan Allah”.

Ia tidak sadar kalau sejatinyanya yang memasukan seorang hamba ke dalam syurga itu bukanlah amal-amalnya, melainkan atas kehendak Allah. Sedangkan Allah dalam memasukan hambaNYA ke dalam surga itu bukan karena amal-amalnya, melainkan berkat RahmatNYA lah ia dimasukan ke dalam surga. Bahkan nabi Muhammad SAW pun pernah berkata, “Aku masuk surga itu bukan karena amalku, melainkan allah telah meliputiku dengan rahmatNYA”.

Nah, disinilah letak kesalahan orang tersebut yang nantinya justru akan menyeretnya ke tempat yang tidak pernah terbayangkan oleh dia sebelumnya, yaitu NERAKA. Berarti dia sedang dilulu (jawa red.)oleh Allah atau istidraaj. Karena kadang-kadang seorang hamba di beri karamah oleh allah dalam rangka istidraaj. Semisal bisa terbang, bisa berjalan di atas air, mampu berdialog dengan alam jin dan seabagainya. Semua itu adalah karamah yang dianugerahkan Tuhan kepada para Wali, adakalanya sebagai hadiah dari Tuhan, adakalanya sebagai istidraj dariNYA.

Suatu hari di saat ia sedang menjalankan shalat di suraunya, datanglah seorang pemuda dengan langkah terbata-bata karena kebanyakan minum arak. Langkah kakinya pun tak berarah dan tak beraturan. Karena itu, dia tidak sadar kalau sebenarnya dia sedang masuk ke surau orang Alim tersebut yang kemudian tanpa sengaja dia menginjak kepala orang ‘alim itu ketika sedang sujud. Tak satu orang pun yang tahu kalau ternyata yang menjalankan kaki pemuda itu adalah Allah, untuk menguji kesabaran orang Alim tersebut.

Benar!tiba-tiba pada saat kepalanya diinjak oleh pemuda itu, dia marahnya bukan main. Ia berkata “ turunkan kakimu! Wahai orang yang dilaknat oleh allah. Kamu tidak sopan dengan orang yang dimuliakan oleh allah”. Ia berucap seperti itu, karena ia merasa lebih mulia di hadapan Allah dibandingkan dengan pemuda itu. Ia pikir dirinya lebih mulia karena selalu taat kepada allah. Dan sebaliknya, pemuda itu dianggapnya hina karena banyak melakukan dosa.

Oleh karena ia merasa lebih mulia, lantas ia berdo’a dengan suara yang keras “Ya Allah... jangan Engkau kumpulkan aku dengan pemuda ini kelak di akhirat”. Begitulah do’a yang diucapkan orang Alim itu. Kemudian pemuda tersebut di usir keluar dari suraunya, seraya melontarkan kata-kata kasar yang tidak sepantasnya keluar dari mulut seorang hamba Tuhan yang ahli ibadah. "Pergi kamu! Wahai orang yang ditolak dari rahmat allah, haram tempat peribadahanku diinjak oleh kakimu yang najis penuh dengan bau neraka."bentak orang Alim tersebut pada pemuda jalang yang telah menginjak kepalanya".

Seperti itu kah akhlak orang yang dimuliakan oleh Allah? Tanpa ia sadari ia sedang berusaha menyaingi Allah untuk menduduki kursi keagungan yang hanya dimiliki olehNYA. Apakah seorang manusia yang sangat lemah dan hina mampu menandingi atau bahkan sampai mengalahkan Allah? Tidak mungkin. Allah Maha tinggi sekaligus Maha berkuasa, tidak ada satu makhluk pun yang mampu menandingi kekuasaanNYA. Dan tak ada seorang pun yang sanggup untuk menduduki kursi keagungan Allah.

Ia mengira bahwa surga itu wajib dihuni olehnya, karena ia sudah banyak mengerjakan amal-amal kebajikan. Tapi kesombongan telah memusnahkan seluruh pahala dari amal-amal kebajikan yang pernah ia kerjakan. Sungguh kesombongan yang sangat amat tersembunyi, sehingga tidak ada yang mengetahui selain orang-orang yang memang hatinya jernih. Yaitu orang-orang ahli ma’rifat kepada Allah atau ‘Arifun. Hanya merekalah yang sanggup melihatnya, karena hati mereka penuh dengan cahaya. Sehingga mampu melihat sesuatu selembut apapun. Mereka adalah orang-orang yang selalu bersama Allah dan menjadi kekasih-kekasih Allah. Sehingga di dalam dunia pun mereka sudah merasakan bau syurgawi.

Sementara di pojok sana seorang pemuda yang di usir tadi, ia merasa bahwa dirinya itu hina dan dina, sehingga merasa sangat butuh kepada Rahmat Allah. Kemudian ia pun berdo’a dengan suara yang lirih sembari meneteskan air mata dan hatinya pun menjerit keras, bak hati yang sedang hancur karena merasa berdosa kepada Allah SWT. “Ya ghofirodz dzanbi waqobilit taubi, aku bukan orang yang ahli taat kepadaMU, aku pun banyak melakukan dosa. Tapi aku yakin rahmat dan ampunanMU jauh lebih luas dari dosa-dosa yang telah aku perbuat, maka ampunilah semua dosa-dosaku dan masukanlah aku ke syurgamu dengan Rahmat dan KeutamaanMU, bukan dengan sifat adilMU. Hamba tidak sanggup untuk menahan panasnya api nerakaMU, karena hamba adalah makhluk yang lemah. Hamba bukan apa-apa, tak punya apa-apa, dan tak bisa apa-apa.”

Akhirnya Allah pun mengabulkan do’a kedua orang tersebut. Orang yang ahli ibadah dimasukan kedalam neraka oleh Alloh karena Takabbur. Karena Nabi pernah bersabda: "Barangsiapa yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi/semut budak dari kibr(kesombongan), maka haram baginya masuk syurga". Dengan demikian benar bahwa, do'anya terkabulkan. Yaitu di akhirat tidak dikumpulkan dengan pemuda itu, karena pemuda itu berada di syurga, berkat Rahmat Allah dan semua dosanya diampuni oleh Allah.

Jadi pada intinya, orang masuk syurga atau neraka itu bukan semata-mata karena amal ibadah. Akan tetapi karena rahmat Allah lah seseorang masuk syurga. Ketika Allah sudah menggunakan sifat fadlol (keutamaan)NYA. Maka tidak mengherankan, jikalau ada orang yang semasa hidupnya sering berbuat dosa kepada Allah, namun sebenarnya hatinya sangat takut dan mengharap kepada Allah dimasukan ke dalam syurgaNYA.

Karena syurga maupun neraka semuanya adalah milik Allah, maka hanya atas kehendaknyalah seorang hamba masuk surga atau neraka. Perbuatan Allah tidak boleh dipertanyakan, dan keputusanya tidak bisa diganggu gugat. Segala yang ada di jagad raya ini adalah kepunyaanNYA dan akan kembali padaNYA.

Label:

1 Komentar:

Anonymous Anonim mengatakan...

Yup artikel yg bagus bgt.. Matur nuwun kang..

Rabu, 14 Juli, 2010  

Posting Komentar

Apa komentarmu...??

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda