Senin, Juni 01, 2009

Kotradiksi

Oleh: Syarif Istifham

Kontradiksi sebagaimana kita ketahui adalah pertentangan antara dua hal yg sangat berlawanan atau bertentangan (pertentangan mutlak). Sebagai contok misalnya, benar dan salah, sehat dan sakit, siang dan malam, dan lain sebagainya. Dari contoh-contoh di atas dapat kita pastikan bahwa kontradiksi antara satu dengan lainya, adalah pertentangan yang secara mutlak adanya, meskipun dilihat dari sisi manapun. Lain halnya dengan contoh berikut, saya makan dan saya tidak makan, saya minum kopi dan saya tidak minum kopi, saya pergi dan saya tidak pergi, dan yang semisalnya. Pada contoh-contoh ini tidak terdapat kontradiksi di dalamnya, meskipun sekilas-pintas seperti berlawanan. Anda tahu kenapa? Karena apabila kita mencermatinya lebih dalam. dari berbagai sisi tidak bertentangan.

Untuk lebih jelasnya, mari kita teliti bersama, kita renungkan bersama, dan kita perhatikan secara seksama. Saya makan dan saya tidak makan, kalimat ini benar adanya, karena di sana tidak disebutkan obyeknya, makan apa, bisa yang dimaksud makan apel, jeruk, pelem atau yang lainnya. Kalimat yang kedua juga sama-sama tidak disebutkan obyeknya, bisa jadi tidak makan apel, tapi makan jeruk, atau tidak makan jeruk tapi makan pelen. Jadi, di sana sama sekali tidak ada kontradiksi sebagaimana yang telah saya jelaskan sebelumnya. Kemudian untuk contoh yang kedua, saya minum kopi dan saya tidak minum kopi, pada contoh ini memang sudah disebutkan obyeknya, akan tetapi belum disebutkan kapan waktunya, dimana tempatnya, dan bagaimana caranya. Jadi contoh ini tidak salah, karena bisa jadi yang pertama minum kopi sambil berdiri, dan yang kedua saya tidak minum kopi sambil berdiri, dan seterusnya. Silahkan anda mengiaskannya sendiri.

Definisi kontradiksi diatas itulah yang menjadi patokan/pedoman oleh para mufassirin (ahli menafsirkan al-qur'an dan hadist) khususnya mufassir ahlussunnah wal jama'ah ketika mensikapi ayat-ayat al-qur'an atau hadits-hadits rasulullah yang dzahirnya sekilas-pintas kontradiksi, namun sebenarnya tidak. Bahkan hal itu tergolong keindahan bahasa al-qur'an dan hadits. Satu contoh misalnya, Ayat yang berbunyi "Innallaha la yughoyyiru ma biqaumin hatta yughoyyiru ma bi anfusihim" dengan ayat "Wallahu kholaqokum wama ta'malun". Sekilas dua ayat di atas bertentangan/kontradiksi, karena yang satu mengisyaratkan bahwa pekerjaan seorang hamba adalah mutlak dia yang mengerjakan, dan yang kedua mengisyarakan bahwa perkerjaan seorang hamba adalah semata-mata allah yang mengerjakan, dia ibarat seorang wayang yang tidak bisa berbuat apa-apa tanpa adanya seorang dalang yang menggerakkannya.

Nah, berangkat dari kedua ayat di atas terjadi perbedaan pendapat tentang si empunya pekerjaan, apakah allah ataukah hamba. Kaum mu'tazilah berpendapat bahkan pekerjaan hamba mutlak hamba yang memiliki, sedangkan ahlussunnah wal jama'ah berpendapat bahwa Allah lah semata yang memiliki pekerjaan itu, karena Allah lah pemilik segalanya. Lalu mana yang benar? wallahu a'lam. Masing-masing memiliki dasar sendiri-sendiri. Namun penulis lebih cenderung memilih pendapat ahlussunnah wal jama'ah, dengan memakai pedoman kontradiksi di atas.
Yaitu, kedua ayat di atas tidak bertentangan sejatinya, dengan pertimbangan sebagai berikut; Ayat pertama memang mengisyaratkan bahwa pekerjaan hamba itu hamba yang mengerjakan, namun perlu diketahui bahwa pekerjaan itu tidak akan terwujud tanpa adanya anggota tubuh, kekuatan, dan perangkat lainnya. Dan semua perangkat itu allah yang membuatnya, jadi pada hakikatnya Allah lah yang membuat dan memiliki pekerjaan seorang hamba. Walhasil, ayat yang pertama menyatakan pekerjaan hamba dari sisi syari'at/dzhair dan ayat yang kedua menyatakan pekerjaan hamba dilihat dari sisi hakikat. Jadi, kedua ayat di atas tidak bertentangan.

Masih banyak sekali ayat-ayat yang sekilas bertentangan dengan ayat lainnya, atau ayat dengan hadits nabi. Semuanya tidak ada kontradiksi di sana, yang ada hanyalah keindahan bahasa al-qur'an dan hadits dalam menyampaikan pesan-pesannya kepada ummat manusia. Subhanallah...!! Oleh karena itu, kita sebagai ummat islam tidak boleh gegabah dalam memahami al-qur'an maupun hadits, harus dengan kaidah-kaidah yang benar supaya pemahaman kita nantinya sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sang pemilik kalam. Wallahu A'lam Bishshawab....

Kairo, 01 juni 2009

Label:

3 Komentar:

Blogger runnisa mengatakan...

aslm...
piye kang kbre?KCB tyang di mesir juga to?kang syarif sudah nnton apa belum?

Kamis, 18 Juni, 2009  
Anonymous Anonim mengatakan...

buta kali mata lu.....allah dan setan sama2 sumber penyesatan......hi hi ampun......apa gunanya muhammad kalau manusia sudah di sesatkan tuhan...menipu adalah pekerjaan setan,,,,tapi allah nya muhammad adalah penipu ulung......ha ha taggya...

Senin, 20 September, 2010  
Blogger Renungan hati mengatakan...

To anonim,tak apa buta mata lahir,asal jangan buta mata hati,,seperti kamu buta mata hati,,mudah2n alloh swt segera memberi taufik hidayah..

Sabtu, 09 Maret, 2019  

Posting Komentar

Apa komentarmu...??

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda